KisahMisteri- Misteri Kuil Kuno Dijaga Dua Ular Kobra Raksasa Yang Berisi Harta Karun Emas - Haii Sobatku Saya Ingin Berbagi, Cerita misteri sudah siapkah anda untuk mendengarkan kisah misteri kali ini, yang sedikit menakutkan dan bisa membuat bulu kuduk anda berdiri seakan-akan terhempas oleh angin sepoi-sepoi. Tentunya anda sudah tidak asing lagi Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. SEJARAH LAHIRNYA AJARAN KAPITAYAN BUKAN AGAMA ASLI ORANG JAWA KUNOSebelum Masuknya Hindu Budha ke Nusantara Orang Jawa Sudah Memiliki Keyakinan Bernama Kapitayat, Apakah Benar? Jejak Rekam Sejarah Perjalanan Peradaban Nabi Sulaiman Dan Ratu Bilqis Di NusantaraOleh Kanjeng SenopatiBERDASARKAN catatan-catatan manuskrip jejak sejarah yang tertulis dan dipelajari dari Kitab Suci dan kitab-kitab sejarah peradaban manusia kisah para Nabi dan dari manuskrip kuno Israiliyat bahwa kerajaan Nabi Allaah Sulaiman alaihi salam dan istrinya Ratu Bilqis memiliki kerajaan yang sangat besar dan luas. Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan besar, sebagai founding father dari Imperium Achaemenid Persia yaitu kerajaan Sulaiman, yang menguasai wilayah yang tidak tertandingi pada era zaman Sebelum Masehi. Dari Balkan hingga ujung Persia Iran pada hari ini, Cyrus telah mendahului Alexander The "Great" beberapa abad dalam penaklukkan epik di zaman sejarah bahwa Achaemenid Kerajaan Nabi Sulaiman adalah di antara kerajaan di dunia dengan wilayah kekuasaannya terluas dan terbesar dalam sejarah saat Nabi Sulaiman bersama Ratu Bilqis mengelilingi dunia ke wilayah bumi selatan kemudian masuk ke wilayah asia tenggara mendekati wilayah khatulistiwa dan hingga akhirnya singgah ke tanah nusantara dalam beberapa tahun, dalam rangka menyebarkan agama samawi agama langit risalah tauhid Islam, ini telah disepakati dan ditulis oleh ahli sejarawan Islam Sulaiman hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi 989-931 SM, atau sekitar tahun yang lalu. Beliau mewarisi kerajaan besar dari ayahnya Nabi Daud atau raja Daud. Dan Nabi Sulaiman memerintah kerajaannya dibumi selama 40 tahun lamanya. Nabi Sulaiman pernah menginjakkan kakinya di tanah nusantara. Membawa sebagian kaumnya yang didominasi ras Austronesia yang telah beriman yang terdiri dari ras turki, ras india dan ras cina untuk menetap di nusantara, kaum inilah yang diijelaskan para arkeolog cikal bakal nenek moyangnya melayu kuno mereka cikal bakal para leluhur nusantara yang menurunkan menjadi pimpinan armada laut besar Nabi Sulaiman dalam perjalanan besar saat itu dipimpin oleh Musa bin Ezekil beliau adalah seorang Pangeran Syarkil anak Raja Syarkil. Adalah seorang pemuda bangsawan yang berasal dari salah satu negeri Hindu di Hindustan bertahun berguru ajaran tauhid Islam kepada Raja Sulaiman. Hingga akhirnya dia beriman dan mengikuti agama Tauhid yang dibawa oleh Nabi besar armada Angkatan laut Nabi Sulaiman bersama Ratu Bilqis dengan membawa perbekalan perniagaan harta berupa ribuan peti-peti emas dan permata tujuannya dalam antisipasi untuk menebus dan membebaskan budak yang masih tertindas di berbagai wilayah negeri di setiap bumi yang perjalanan Angkatan laut Kerajaan Sulaiman Raya Tersebut dikawal langsung oleh Menteri Pertahanan Kerajaan yaitu Waliullah Malik Abdul Khadi dan dikawal ribuan pasukan jin beliau mengikuti armada besar Nabi Sulaiman dan Ratu Sulaiman alaihisalam dan Ratu Bilqis bersama tentara dan armadanya tiba didaratan wilayah sebelumnya di tanah nusantara ini masih daratan kosong hanya ada segelintir manusia yang tersisa tinggal disana dan sangat primitif, animis bahkan atheis tidak mengenal kepercayaan kepada selebihnya belahan bumi nusantara masih sangat rapat dan hutannya sangat lebat. Kondisi alam geografisnya tropis dipenuhi oleh gunung-gunung yang semuanya gunung nusantara saat itu sebagian besar masih banyak didominasi makhluk non manusia yaitu dihuni oleh para gaib dari golongan bangsa beliau membangun peradaban dengan ajaran tauhid mengenalkan risalah tauhid Islam kepada kaum pengikutnya yang kemudian disebut bangsa melayu kuno di bumi nusantara jauh ribuan tahun lalu sebelum munculnya ajaran kapitayan atau Sulaiman dan Ratu Bilqis tidak begitu lama tinggal di nusantara. Itu sekitar 3000 tahun yang lalu dan wilayah sumatra sampai indonesia timur masih nyambung dengan benua mengadakan perjalanan dari wilayah daratan sumatra, jawa sampai ke wilayah daratan ujung NTB dan sebagai pusat kerajaannya adalah diwilayah selatan daratan tengah dan timur jawa sepanjang pantai selatan meninggalkan tanah nusantara dengan meninggalkan peradaban tinggi di nusantara yaitu ajaran luhur ajaran tauhid kepada para leluhur kita generasi pertama sebagai "warisan adiluhung kamulyaning jagat wasesa" asli para leluhur orang jawa dan orang Sulaiman dan Ratu Bilqis meninggalkan peradaban dan juga meninggalkan perniagaan kekayaan harta emas kerajaan dimana beliau memerintahkan bangsa jin dari kerajaan besar laut di samudera selatan untuk menyimpan secara gaib di sebagian wilayah nusantara terutama dititik wilayah jawa, sumatra dan NABI SULAIMAN DENGAN JIN PENGUASA LAUT SAMUDERASaat Nabi Sulaiman berada beberapa masa di nusantara pernah terjalin hubungan "diplomatik" antar pemerintahan kerajaan manusia yang dipimpin oleh Nabi Sulaiman dengan penguasa kerajaan besar lautan samudera Kanjeng Ibu Ratu Kidul Hajjah Syarifah Dewi Nawangwulan pemimpin dari kerajaan golongan gaib jin muslim.Sosok Bunda Ratu Kidul dan Nyai Roro Kidul adalah dua sosok makhluk gaib dari golongan jin muslim, mereka adalah muslimah yang sangat menjaga ketaatan kepada Allaah menjaga akhlak adab dan selalu berhijab menjaga aurat sebagai makhluk yang memiliki peradaban tinggi. Tidak seperti yang dibayangkan pada film fiksi yang menyesatkan dan ilustrasi lukisan yang bodoh terhadap sosok Ibunda para ratu dari golongan gaib bangsa jin diperintah oleh Nabi Sulaiman untuk ikut menjaga keseimbangan alam dan menjaga wilayah nusantara serta diperintahkan menyimpan secara gaib harta kerajaan di nusantara yang sebagian dari perniagaan Ratu Bilqis isterinya Nabi jin ribuan tahun sudah lebih dahulu menempati tanah dan lautan di nusantara sebelum datangnya peradaban manusia dari india dan cina ke tanah jawa kuno dari generasi pertama adalah dari ras Proto Melayu dan Deutro Melayu ribuan tahun lalu ternyata telah lebih dahulu mengenal dan memeluk peradaban keyakinan agama samawi agama tauhid Islam yang dibawa oleh Nabi Sulaiman alaihisalam sebelum turunnya dan sempurnya risalah Islam yang dibawa oleh Rasululloh Shalallahu alaihi di nusantara sebenarnya sudah mengenal ajaran tauhid agama samawi agama langit jauh lebih dahulu sebelum masuknya Syekh Subakir dan para para wali baru menyebarkan ajaran luhur tauhid setelah Allaah SWT menyempurnakan ajaran tauhid menjadi risalah Al Islam melalui Rasululloh Muhammad dengan turunnya pusaka terbesar yaitu Kitab Suci Al Qur' BOROBUDUR TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN NABI SULAIMAN DAN RATU BILQISSebenarnya peradaban Islam atau ajaran luhur ketauhidan sudah ada di bumi nusantara sejak ribuan tahun lalu sebelum para leluhur kita mengenal ajaran agama paganisme agama / keyakinan kultur masyarakat setempat seperti kapitayan, hindu dan benar Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis pernah singgah di bumi nusantara untuk beberapa waktu. Tapi keberadaan Nabi Sulaiman di nusantara TIDAK PERNAH ADA hubungannya dengan Candi Borobudur peninggalan Dinasti Allaah Sulaiman sama sekali tidak pernah membangun sebuah candi apalagi membangunkan Candi Candi Borobudur adalah peninggalan Dinasti Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-8. Dan BUKAN peninggalan Nabi Sulaiman, karena kenapa?Pertama, masa Nabi Sulaiman adalah kurun waktu tahun 989-931 SM, jadi sekitar tahun yang lalu. Sedangkan, Candi Borobudur, seperti yang tertulis dalam berbagai buku sejarah nasional, didirikan baru di akhir abad ke-8 Masehi atau sekitar tahun yang lalu sehingga tidak nyambung dan bertemu kurun Borobudur adalah sebuah candi tempat pemujaan keyakinan "orang budha" sehingga banyak terdapat patung Budha dan para resi Budha. Sedangkan ajaran luhur Nabi Sulaiman membawa ajaran tauhid tidak pernah memerintahkan membangun sebuah candi keyakinan agama lain yaitu Budha. Nabi Sulaiman tentunya jelas ajarannya melarang keras membuat patung-patung berbentuk makhluk naif dan mustahil sekali jika candi Borobudur yang banyak patung manusia adalah peninggalan Yang Mulia Nabi Allaah Sulaiman tidak ada benang merahnya sama sekali dan tidak menyambung baik secara filosofi apalagi secara kultur religius antara Nabi Sulaiman dengan ada hanya prasangka yang dipaksakan dengan teori "gotak gatuk"atau "dihubung-hubungkan" ini dasar yang tidak ilmiah sama sekali dan Tidak real dan tidak unsustainable tidak ilmiah dan tidak bisa dipertanggung jawabkan analisa AJARAN KAPITAYANSaat itu wilayah yang sekarang disebut pulau jawa, sumatra, Sulawesi dan kalimatan masih menyatu dan menyambung dengan benua sepeninggal Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis meninggalkan wilayah tanah nusantara dan kembali ke Baitul Maqdis atau Yerusalam wilayah arab timur tengah.Maka Generasi yang masih kokoh keyakinannya dan lurus tauhidnya dari para leluhur kita adalah generasi leluhur kita generasi pertama Nabiulloh Sulaiman mengajarkan kepada mereka ajaran tauhid sehingga mereka orang jawa kuno telah percaya keberadaan suatu entitas yang tunggal yang tidak kasat mata namun memiliki kekuatan adikodrati yang menyebabkan kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia. Mereka tidak pernah menyembah selain Tuhan. Mereka ini disebut para "Kapitayan".Merekalah para leluhur kita generasi pertama yang masih kokoh memegang teguh ajaran luhur agama samawi ajaran tauhid Islam yaitu syariatnya Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis sebagai warisan "adiluhung kamulyaning sejagat wasesa" para leluhur seribu tahun kemudian dari generasi ke generasi berikutnya. Maka generasi terakhir dari para leluhur mulai luntur keyakinannya dan mulai pelan menyimpang dari ajaran para leluhur masa generasi pertama yang lurus yang diajarkan oleh Nabi Allaah Sulaiman alaihisalamKarena mulai hilangnya bimbingan tauhid dari leluhur para leluhur dari generasi tengah muncul benih mencampurkan ajaran tauhid Islam Nabi Sulaiman dengan praktek spritual pribadi manusia masing-masing. Bukan mengikuti tuntunan kitab Zabur sesuai yang dibawa dan dituntunkan oleh Nabi Sulaiman dan apa yang pernah di imani dan diamalkankan oleh para leluhur kita generasi masa era generasi kedua atau generasi tengah para leluhur kita mulai ada dari sebagian yang mulai menggunakan akal, dan perasaannya sebagai ukuran pijakan dalam mencari sendiri hakikat siapa itu "Tuhan".Generasi kedua dari para leluhur kita awalnya berkata ini dalam rangka bertaqarub kepada Sang Hyang Allaah Subhanahu wa ta'ala mencucikan diri kepada Yang Maha Esa yaitu "Sing Kuwoso" yang tidak tampak, tapi Ada bisa dirasakan keberadaannya, kata masih menjalankan sembahyang sholatnya syariat Nabi Sulaiman dan beriman kepada kitab suci Zabur firman Allaah tentang tauhid yang dibawa oleh Nabi Sulaiman. Dimasa generasi tengah ini sebenarnya masih lumayan baik dan fine generasi berikutnya setelahnya itu dari para leluhur yang semakin jauh dari ilmu dan jauh dari bimbingan amalan leluhur syariat Islamnya Nabi Allaah Sulaiman alaihi leluhur kita dari generasi terakhir mulai "merenovasi" dan merekayasa ajaran leluhur sebelumnya dalam melakukan ritual dengan cara pengalaman sendiri dan cara masing tanpa bimbingan ilmu dari contoh para leluhurnya yang berilmu generasi mulai berani menciptakan keyakinan sendiri menyebutnya bahwa Yang Maha Kuasa sebagai Sang Hyang atau Tuhan itu suka berada ditempat yang suwung ditempat yang kosong.Akhirnya generasi terakhir dari para leluhur yang paling radikal dan underdog pemikirannya tapi miskin ilmu melakukan ritual ibadah ditempat yang mereka anggap mereka bahwa tempat suwung itulah tempat kosong dimana ditempat itu ada Tuhan dan Tuhan akan hadir dan bersemayam ditempat yang suwung, seperti pada pohon besar, batu besar atau kadang keyakinan ini seolah-olah keyakinan pemujaan kepada alam tapi sebenarnya tidak. Karena menurut mereka di alam diyakini terdapat energi besar karena Tuhan menitis ke alam tersebut, menurut keyakinan ini tidak dikenal sama sekali oleh para leluhur kita para Kapitayan yang lurus baik dari generasi pertama maupun leluhur generasi kedua. Generasi terakhir dari para leluhur kita ini mencari tempat spiritual seperti di gua-gua, gunung-gunung, di lembah, dipohon besar, di sungai, danau dan lautan. Keyakinan mereka ciptakan sendiri. Ini semua tidak lepas dari campur tangan dari golongan ghaib bangsa jin waktu itu yaitu yang dipanggil sebagai Dahnyang Kapitayan atau Kapitayat adalah suatu keyakinan baru yang memuja sembahan utama yang disebut Sanghyang Taya, yang artinya Maha Kuasa yang Maha Tunggal yang bermakna hampa, kosong, suwung, atau Kapitayan terus berkembang sebelum masuknya ajaran Hindu Budha ke jawa dan keseluruh masa itu diseluruh kerajaan nusantara tidak ada lagi yang mengenal ajaran generasi pertama yaitu ajaran agama samawi Nabi Sulaiman sebagai ajaran luhur adiluhung syariat Nabi Allaah Sulaiman yang mengutamakan tauhid, menjunjung adab, budi pekerti, norma susila cara bergaul antara laki dan wanita dan berpakaian yang penuh dengan adab tinggi, penuh dengan kedamaian dan ketenteraman seperti pada masa leluhur generasi BESAR bahwa Kapitayat adalah agama asli atau keyakinan asli orang jawa kuno para leluhur kita. Sebab sebelum munculnya Kapitayat di nusantara para leluhur kita telah memiliki ajaran luhur yang jauh umurnya lebih tua yaitu ajaran luhur tauhid syariatnya Nabi Allaah Sulaiman sebagai keyakinan spiritual asli kepercayaan manusia melayu kuno yaitu Proto Melayu dan Deutro tidak heran dalam ajaran Kapitayat dasar keyakinannya seperti ajaran Islam yaitu berkeyakinan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Maha Tunggal dan Tuhan tidak diserupakan atau digambarkan oleh makhluk apapun, kenapa demikian?Karena memang dasar fundamen ajaran Kapitayan adopsi dari ajaran tauhid Islam itu sendiri sebagai agama samawi agama langit dari sisa-sisa ajaran para leluhurnya sebelumnya yaitu ajaran tauhid yang lebih dahulu hadir di bumi nusantara. Tapi kemudian telah luntur dan hilang begitu saja setelah ribuan tahun kemudian sebagai ajaran asli para leluhur orang jawa dan sumatra sebagai ras melayu asli para leluhur yaitu ajaran tauhid agama samawi sebagai warisan Adiluhung sejati kamulyaning sejagat wasesa yang dibawa oleh Nabi Allaah Sulaiman telah hilang dan punah pada Generasi terakhir dari para generasi terakhir dari para leluhur ini telah berpedoman kepada pikiran perasannya masing manusia, berdasarkan halu mereka sendiri mereka hanya gunakan dzon-dzon prasangka dewe dalam menilai yang dianggap "kebenaran sejati".Akhirnya memunculkan pemikiran ekstrim radikal paganis dengan berkeyakinan yang penting kita cukup eling saja atau cukup "ingat" saja kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tidak perlu mengamalkan syariat "sembahyang" sebagai bentuk penyembahan seorang hamba kepada ratusan tahun agama Kapitayat terus mengalami perubahan dan pembelokan "aqidah" dari keyakinan menyembah kepada Yang Maha Tunggal berubah maknanya menjadi hakekatnya menyembah kepada yang "suwung" yang semakin jauh dari ajaran adiluhung sejati para leluhurnya generasi yang pertama. Akhirnya lahirlah landasan fundamental keyakinan "Kapitayan" yang jauh dari aslinya yaitu sbb LANDASAN DASAR KEYAKINAN KAPITAYAN ADALAH * Agamaku Universal* Imanku Kemanusiaan* Kiblatku Nuswantara* Kitabku Seluruh Kehidupan Ini. Tidak Perlu Kitab Tertulis, Yang Ada Adalah Hati Nurani.* Nabiku Badan / Raga ini Diri Sendiri.* Sembahyangku DIAM meneng / suwung / hening mengheningkan diri, mengheningkan cipta, menyelaraskan diri antara hati pikiran dan seluruh piranti hidup dengan seluruh alam Kapitayat atau Kapitayan pun terpecah belah menjadi beberapa sekte aliran-aliran diantaranya ajaran Kejawen di jawa, Sunda Wiwitan di banten jawa barat, Kaharingan di kalimantan dll.. yang semua leluhur mereka adalah SATU berasal dari generasi pertama Semua aliran ini oleh pemerintah masuk kedalam aliran kepercayaan kepada Tuhan Kapitayat yang sekarang sangat ekstrim mereka penganut Kapitayan ortodoks mereka membanggakan Kapitayat karena mengira sebagai warisan budaya adiluhung, Padahal hakikatnya BUKAN dan bukan warisan adiluhung telah mengalami pembelolan dan perubahan dalam cara keyakinan dari generasi ke generasi dari ajaran asli ketauhidan Kapitayan yang dibawa dari para leluhur generasi mengira bahwa ajaran Kapitayat yang saat ini adalah ajaran asli warisan adiluhung para leluhur orang jawa di nusantara. Ini semua salah kaprah dan bodoh terhadap peradaban sejarah !Mereka lupa dan tidak paham sejarah, kalau awalnya munculnya keyakinan Kapitayat itu justeru bersumber dan berasal dari ajaran tauhid dan dasar keyakinan Kapitayat merupakan adopsi dari ajaran tauhid Islam yang dibawa oleh Nabi Allaah Sulaiman alaihisalam, disana diajarkan ada tuntunan sujud dan sembahyang kepada Tuhan telah diutus manusia pilihan Allaah yang diturunkan di bumi. Membawa ajaran tauhid sebagai warisan luhur Adiluhung Kamulyaning Sejagat Wasesa . Di tanah jawa ajaran risalah Nabi Allaah Sulaiman oleh orang jawa kuno purba melayu kuno dulu disebut Kapitayat dan pengikutnya KKepercayaan keyakinan menyembah kepada Yang Maha Tunggal dan ajaran norma adab, akhlak, budi pekerti dan pola hidup dasarnya ini semua dari ajaran tauhid bagaimanapun ajaran tauhid sebagai agama langit adalah sumber dari segala sumber keyakinan, norma dan pola hidup orang jawa kuno dan akan ada ajaran Kapitayat di jawa dan ajaran Kejawen, ajaran kepercayaan lainnya kepada Tuhan YME, kalau para leluhur sebelumnya tidak mengenal ajaran luhur TAUHID wasesa yang SATU !Kita tidak boleh menafikan mengingkari peradaban ajaran luhur para Nabi. Karena para Nabi adalah sebagai Founding Fathers seluruh leluhur para manusia dimuka bumi mereka Foundation of civilization dasar peradaban para manusia yang pertama yang paling tertua yang ada dimuka bumi "Generasi Pertama" yang hakikatnya disebut LELUHUR kita yang mewarisankan ajaran luhur adiluhung manusia jawa di nusantara. Bukan para "nenek moyang" kita generasi terakhir yang jauh dari ilmu dan cahaya mereka telah menyimpang dari ajaran yang lurus dari para leluhur generasi pertama akhirnya para "nenek moyang" generasi terakhir ini menjadi dungu dan underdog karena telah mengingkari kitab suci agama dari langit para leluhurnya sudah rusaknya peradaban ajaran tauhid para manusia di jawa dan nusantara maka Allaah munculkan seorang ulama Ahlus Sunnah waliulloh Syech Subakir menyempurnakan risalah tauhid di nusantara membawa ajaran luhur Kanjeng Nabi Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam sebelum hadirnya Walisongo. Yang akhirnya ajaran luhur tauhid Islam sebagai agama resmi para raja dan sultan seluruh kerajaan ada sekelompok yang mengaku "pecinta budaya" nusantara tapi menyerang dan melecehkan ajaran luhur tauhid Islam sebagai perusak budaya dan perusak keyakinan asli orang jawa. Sebemarnya mereka adalah kelompok para bolot yang underdog tidak paham sejarah peradaban di nusantara yang sebenarnya. Padahal peradaban Islam sebagai ajaran pola hidup bermasyarakat di jawa dan nusantara jauh lebih duluan ada sejak nenek moyang awal pertama kali menginjakkan kakinya di bumi dibayangkan apa jadinya bila orang nusantara tidak mengenal ajaran luhur ajaran tauhid Nabiulloh nusantara akan menjadi buta dan jahiliah seperti keyakinan nenek moyang orang Arab kuno, India atau Cina yang beragama paganis atau bahkan menjadi atheisDan orang jawa kuno selamanya tidak akan mengenal ajaran Kapitayat jika Nabiullah Sulaiman tidak pernah masuk ke tanah nusantara membawa ajaran tauhid sebagai ajaran adiluhung kamulyaning jagat wasesa sayekti warisan ajaran luhur yang membawa kemuliaan seluruh alam yang berisi ajaran tauhid kepada Allaah Yang Maha Tunggal yang Maha Sakti.Harus diingat para leluhur orang jawa kuno dan penduduk nusantara telah beriman dan menjadi beradab setelah mengenal dan mengamalkan ajaran tauhid Nabi Sulaiman alaihisalam jauh ribuan tahun sebelum munculnya "Kapitayat" yang diyakini seperti sekarang adalah Pemerhati Spiritual Peradaban Kerajaan Nusantara dan Pemerhati Sejarah Peradaban Agama & Keyakinan Kepercayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 Lihat Analisis Selengkapnya
Selainkarya seni lukis, tempat ini juga memamerkan beragam karya seni 3D yang memukau. Terdapat patung, relief, mozaik hingga wayang. Seni wayang yang dipamerkan pun tidak seperti pada umumnya. Wayangnya berbentuk aneka budaya di Indonesia seperti ondel-ondel atau tarian-tarian nusantara. Ada pula sebuah piano dengan ornamen-ornamen orang di
Terdapat berbagai macam benda peninggalan sejarah yang dapat dijadikan bukti bersejarah. Salah satunya adalah artefak kuno. Artefak kuno dapat berupa benda-benda yang menunjukkan kecakapan kerja manusia ataupun hasil kecerdasan manusia. Artefak adalah benda arkeologi atau peninggalan benda-benda bersejarah, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia dan dapat dipindahkan. Benda artefak kuno biasanya terbuat dari batu, tulang, logam, bagian tubuh hewan, dan penting dari artefak adalah benda artefak kuno dapat bergerak atau dipindahkan oleh tangan manusia dengan relatif mudah tanpa merusak ataupun menghancurkan bentuknya. Artefak yang mudah dipindahkan dan tanpa menghancurkan bentuk aslinya sangat bermanfaat bagi para peneliti sejarawan. Benda-benda ini dapat dijadikan objek penelitian ataupun diletakkan di museum. Benda-benda ini sangatlah penting untuk diletakkan dan diabadikan di museum, sehingga semua orang dapat melihat dan mempelajarinya serta mengambil manfaat dari benda artefak kuno ini. Baca juga sejarah museum dan Artefak KunoTerdapat beberapa ciri artefak kuno, diantaranya adalahBenda yang dihasilkan dari sejarah yang berasal dari zaman dahulu. Benda-benda yang berada pada zaman modern tidak dapat dikategorikan sebagai unik yang tidak dapat dibuat oleh orang lainArtefak merupakan hasil budaya yang diabadikanArtefak dapat berupa benda utuh maupun benda pecahan. Jika benda pecahan maka akan disatukan dengan pecahan lainnya hingga menghasilkan benda artefak yang umumnya terbuat dari batu yang sudah halus artefak berbentuk beragam, ada yang lonjong, persegi, bulat, ataupun bentuk lainnya yang mempunyai ciri unik dan khas zaman artefak terbuat dari batu dan sudah mulai dan Contoh Artefak Kuno Sesuai ZamannyaJenis-jenis artefak kuno dibedakan menurut zamannya. Jenis-jenis artefak kuno menurut zamannya, yaituZaman PaleolitikumKata paleolitikum berasal dari dua kata, yaitu kata paleos yang berarti batu dan kata litikum yang berasal dari kata litos yang berarti tua. Hal ini yang menyebabkan zaman ini juga disebut zaman batu tua. Masa ini diperkirakan berlangsung pada masa pleistosen awal yakni kira-kira pada enam ratus ribu tahun yang lalu. Baca juga alat pada manusia zaman artefak kuno pada zaman ini umumnya terbuat dari batu yang masih sangat kasar dalam pembuatannya. Seorang ahli bernama Von Koenigswald melakukan penelitian di daerah Ngandong dan Pacitan, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manusia yang hidup di zaman ini mulai mempersenjatai diri mereka dengan alat-alat yang berfungsi untuk melindungi diri. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya artefak kuno berbentuk kapak genggam kapak perimbas. Berdasarkan penemuan tersebut, alat kebudayaan pada zaman ini dikelompokkan menjadi 2 yakni kebudayaan pacitan dan kebudayaan peninggalan hasil budaya yang ditemukan di daerah Pacitan berupa kapang genggam, kapak perimbas, dan alat dari serpihan batu atau flake. Alat-alat ini juga ditemukan di Sukabumi Jawa Barat, Perigi dan Gombong Jawa Tengah, Tambangsawah Bengkulu, Lahat Sumatra Selatan, Kalianda Lampung, Cabenge Sulawesi Selatan, Truyan Bali, Awal Bangkal Kalimantan Selatan, dam Maumere Flores.Peralatan yang ditemukan di Ngandong Ngawi, Jawa Timur hampir serupa dengan alat-alat yang ditemukan di Pacitan. Artefak yang ditemukan di Ngandong tidak hanya terbuat dari batu, tetapi juga terbuat dari tulang belulang MesholitikumZaman mesholitikum sering juga disebut zaman batu tengah batu madya. Masa ini terjadi kira-kira pada sepuluh ribu tahun yang lalu pada masa holosen. Zaman ini mengalami perkembangan budaya lebih cepat dibandingkan zaman sebelumnya. Hal ini disebabkan keadaan alam yang relatif stabil dan manusia pendukungnya homo sapiens lebih cerdas dari pendahulunya. Baca juga artefak manusia zaman mesholitikum, manusia sudah mulai meninggalkan kebiasaan berpindah-pindah. Manusia pada zaman tersebut mulai hidup menetap, bahkan membangun tempat tinggal yang permanen. Manusia pada zaman ini umumnya bertempat tinggal di tepi pantai dan goa-goa karena banyak ditemukan bekas kebudayaan di tempat tersebut. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Abris sous rosche. Abris sous rosche ialah manusia purba yang tinggal di gua-gua di tebing itu, ditemukan juga tumpukkan sampah dapur dari zaman batu tengah yang menggunung tinggi sampai tinggi 7 meter. Tumpukan sampah ini disebut kjokkenmoddinger. Pada zaman ini banyak ditemukan alat-alat yang berasal dari tulang dan tanduk hewan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Misalnya untuk memukul, menggali tanah, jarum, pisau, dan lainnya. Alat ini banyak ditemukan di Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Bali, dan Nusa Tenggara Bagian itu, artefak yang ditemukan pada zaman ini adalah gerabah dari bahan tanah liat, kapak genggam Sumatra Sumatrah pebble culture, alat dari bahan tulang yang ditemukan di Sampung bone culture, dan beberapa flake yang ditemukan di daerah Toala flakes culture. Hasil budaya lainnya adalah lukisan gua, yang kemudian diteliti oleh dua orang bersaudara yaitu Roder dan Galis terutama lukisan gua di wilayah Papua. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa lukisan tersebut digunakan untuk ritual kepercayaan seperti upacara inisiasi, upacara meminta kesuburan dan upacara, serta upacara untuk menghormati nenek Logam di IndonesiaSesuai dengan namanya, pada zaman ini manusia sudah mampu membuat peralatan dari logam. Hal ini ditandai dengan penemuan artefak kuno berupa perhiasan. Perhiasan yang ditemukan terbuat dari bahan emas, perunggu, dan besi. Perhiasan ini ditemukan di wilayah Bali, Bogor, dan Malang. Selain perhiasan, Artefak kuno sebagai Peninggalan Zaman Logam Besi terdiri dariNekara dan MokoBentuk benda-benda peninggalan sejarah ini hampir sama dengan genderang, tetapi terdapat sedikit penyempitan di bagian pinggangnya. Benda-benda ini biasanya digunakan sebagai alat dari upacara. Nekara memiliki ukuran lebih besar, sedangkan moko memiliki ukuran yang lebih kecil. Nekara ada yang memiliki banyak hiasan dan ada juga yang polos tanpa hiasan. Di Indonesia, nekara dengan ukuran besar ditemukan di Desa Pejeng, Gianyar, Bali. Nekara yang ditemukan memiliki hiasan gambar kepala manusia di empat tempat pegangannya. Moko ditemukan di Pulau Alor dan Manggarai Pulau Flores.Kapak CorongBenda ini sering disebut juga kapak sepatu karena bentuknya mirip sepatu. Kapak ini banyak ditemukan di wilayah Sulawesi Selatan Pulau Selayar, Sulawesi bagian tengah, Sumatra bagian selatan, Pulau Jawa, dan di Pulau Papua tepatnya di sekitar Danau Sentani. Kapak corong biasanya digunakan untuk alat upacara sebagai tanda kebesaran seorang kepala suku atau biasanya digunakan sebagai alat upacara. Benda ini ialah sejenis kapak yang sangat halus dalam pembuatannya. Hal ini menandakan sudah tingginya kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat PerungguBejana perunggu berbentuk mirip gitar Spanyol tanpa tangkai. Benda ini memiliki pola hiasan anyaman yang mirip dengan huruf J. Artefak kuno ini ditemukan di Pulau Madura dan Pulau PerungguArca perunggu yang ditemukan biasanya menggambarkan manusia dan ada juga yang menggambarkan binatang. Arca-arca perunngu banyak ditemukan di daerah Bangkinang Riau, Palembang Sumatra Selatan, Bogor Limbangan, dan Lumajang Jawa Timur.Zaman MegalithikumZaman meghalitikum disebut juga zaman batu besar. Zaman ini menjadi tonggak dari lahirnya bangunan-bangunan batu yang berukuran besar. Peninggalan penting dari zaman ini seperti menhir, kubur batu, dolmen, sarkofagus/ keranda, dan arca-arca. Penjelasan masing-masing contoh artefak dari zaman megalitikum adalahMenhirMenhir adalah tugu atau batu tegak yang berfungsi untuk menghormati orang-orang yang sudah meninggal ditempatkan di suatu tempat. Ada juga yang berpendapat bahwa menhir dibangun unttuk tujuan sebagai sarana pemujaan kepada arwah nenek berundakPunden berundak ialah bangunan yang disusun bertingkat-tingkat. Bangunan ini digunakan untuk tempat pemujaan terhadap roh nenek batuBangunan ini menyerupai bangunan kuburan yang biasa kita lihat sekarang. Kubur batu memiliki susunan batu yang terdiri dari 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar. Pada umumnya arah kubur batu yang ditemukan membujur dari arah timur ke arah adalah kubur batu yang mempunyai tutup pada bagian atasnya. Pada umumnya terdapat ukir-ukiran yang terdapat pada dinding muka sarkofagus. Bagian bawah dan bagian atas atau tutupnya memiliki ukuran yang sama ditempatkan di tempat yang dikeramatkan atau di tempat berlangsungnya upacara yang berhubungan dengan penyembahan roh nenek moyang. Bangunan ini memiliki banyak fungsi. Misalnya berfungsi sebagai tempat duduk seorang ketua suku atau tempat meletakkan batu memiliki bentuk menyerupai binatang/ manusia. Artefak ini dipercaya merupakan perwujudan dari nenek moyang dan menjadi obek pujaan. Arca ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia antara lain di adalah kubur batu yang tidak memiliki tutup. Artefak ini banyak ditemukan di Gilimanuk, penjelasan mengenai artefak kuno berdasarkan ciri, jenis, dan contohnya. Semoga penjelasan macam macam artefak atau jenis artefak ini dapat menambah wawasan Anda mengenai benda-benda peninggalan sejarah. Semoga bermanfaat.
Lukisan Online Terbesar di Indonesia Tersedia LEBIH dari 1000 motif, untuk menghias Rumah, Hotel dan Apartment. Hubungi kami: sms 085 7535 99000 pin 29EDF 2B5 info@ lukisanku.com ( custom made order) Koleksi: Lukisan Kaligrafi, Ikan Koi, Panen Padi, Minimalis, Abs. Alamat.
Kota Malang - Kota Malang menjadi salah satu destinasi wisata favorit masyarakat Jawa Timur. Saat berkunjung ke Malang, sebagian orang memilih untuk singgah di hotel untuk singgah sejenak agar kembali bugar saat melanjutkan beragam pilihan hotel di Kota Malang. Mulai dari yang ekonomis, mewah, hingga yang legendaris. Salah satu hotel legendaris di Kota Malang adalah Hotel Tugu Malang berlokasi di Jalan Tugu 3, Klojen, Kota Malang. Tak jauh dari Tugu Malang dan Balai Kota Malang. Sekilas, hotel bintang 5 ini tampak asri dengan dikelilingi pepohonan dan tanaman. Di depan ada tulisan 'Tugu'. Hotel Tugu terkenal karena sudah ada sejak zaman dulu dan menjadi favorit para tokoh nasional. Di samping itu, Hotel Tugu menyimpan perabotan antik serta lukisan kuno yang membuat orang apa suasana Hotel Tugu Malang? Simak ulasannya berikut masuk ke dalam Hotel Tugu Malang, pengunjung akan disambut dengan berbagai perabotan antik serta lukisan-lukisan. Gaya khas campuran budaya Tionghoa dan Jawa sangat terasa saat ini mulai berdiri awal tahun 90-an silam. Pendiri sengaja merancang Hotel Tugu untuk menampung beragam koleksi antik yang dimiliki. Konsepnya pun mengangkat seni dan romantisme Tugu Hotel, Anhar Setjadibrata memiliki banyak koleksi benda seni dan budaya yang terkenal di Indonesia. Dia pun merancang butik-butik untuk menampung barang-barang antik dari berbagai dunia. Ada juga barang koleksi yang mengandung cerita romantis serta legenda kerajaan kuno Indonesia."Misi Tugu adalah menghidupkan kembali seni, jiwa dan romantis masa lampau di Indonesia. Pengalaman Indonesia sepenuhnya ini dicapai tidak hanya melalui desain dan dekorasi bertema seni. Tapi juga dari berbagai pengalaman budaya yang hanya bisa dinikmati para tamu di hotel," urai Manager Marketing Hotel Tugu, Cresentia kepada detikJatim saat wawancara tahun Hotel Tugu Malang Foto Muhammad AminudinSelain itu, ada artefak kuno dari Dinasti Ming yang disimpan di Hotel Tugu Malang. Artefak itu awalnya dimiliki oleh Oie Tiong Ham, seorang konglomerat dan Raja Gula di Asia Tenggara awal abad juga koleksi Dinasti Han maupun Dinasti Qing yang diletakkan di ruangan khusus. Kini, koleksi-koleksi itu jadi milik pribadi pemilik Hotel Tugu Patung mitologi Dinasti Shang dari tahun 1600 sebelum masehi. Berbagai porselen antik dari zaman Dinasti Han hingga Dinasti Qing, kursi antik Cina, sulaman antik milik nenek Oei Tiong Ham, serta lemari antik dari Cina juga turut menghiasi ruangan megah juga meja konferensi panjang dari zaman penjajahan Belanda di tengah-tengah ruangan ini. Gunanya untuk meja jamuan makan dan rapat eksklusif dengan kapasitas ruangan hingga 40 orang. Ruangan ini juga dianggap membawa keberuntungan dan kemakmuran bagi ada lukisan wanita berbaju putih di Hotel Tugu Malang pada halaman selanjutnya Adanya“ada” justru menjadi “ada” karena dualitas, begitulah inti konsep filsafat jawa sesungguhnya, menurut kitab Manikmaya [1] bumi (jawa) berawal dari kekosongan lalu ada karena sebuah telur purba yang jatuh, jatuhnya telur dibarengi dengan sebuah bunyi seperti lonceng. Kemudian dari telur tersebut terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kulit telur yang kelak Sambil duduk selonjor di kursi tamunya, diisapnya pipa berbentuk L itu dalam-dalam. Gandamata tetap tak berkedip. Agak berselang lama ia tak mengisap pipanya, semata-mata agar apa yang ia tatap di tembok itu tak terhalangi asap lagi. Kemudian ia mengangguk-anggukkan kepalanya sendiri. - "MUNGKIN belasan miliar. Mungkin puluhan miliar...” ia bergumam sendirian. Ia lantas berdiri. Dengan tetap tidak mengisap pipanya, ia berjalan lambat menuju tembok itu. Tangan kanannya terangkat dan jari-jarinya menyentuh pigura sebuah lukisan. Kemudian ia menggosok-gosok bagian ujung lukisan itu. Dan kepalanya mengangguk-angguk lagi. ”Benar. Benar asli ciptaan Canaletto. Giovani Antonio Canaletto...katanya.” Lagi-lagi ia berbicara sendiri. ”Ini tak terhingga. Bahkan tak bisa dihitung dengan uang harganya!” Nadanya mengentak dalam sendirian. Kemudian ia mengambil handphone. Dengan perlahan ia memencet nomor-nomor. Dan tersambung dengan seorang wartawan. ”Bung!” katanya kepada seseorang di seberang sana. ”Saya telah membaca artikel yang Bung muat itu. Pada mulanya saya tak percaya bahwa lukisan Canaletto itu berharga sampai miliaran rupiah. Saya tak percaya. Tapi setelah saya pikir lama, sungguh bodoh jika saya tak percaya. Sungguh bodoh, Bung! Tetapi, masih berkait dengan itu, saya ingin tanya lagi. Benarkah yang Bung tulis bahwa lukisan Canaletto yang ada di rumah saya adalah lukisan asli? Benarkah lukisan itu semula dibawa oleh saudagar Italia yang mendirikan pabrik gula di Banyuwangi?” Gandamata diam menunggu jawaban. ”Saya bertanggung jawab penuh atas semua yang saya tulis itu, Pak. Bapak kan tahu kredibilitas koran kami. Bapak pasti juga tahu kualifikasi semua wartawan koran kami… Dan Bapak kan tahu saya juga, yang pernah belajar seni renaisans di Italia? Saya senang jika sekiranya ada informasi baru mengenai lukisan itu.” Selama beberapa jenak tak ada suara-suara di kedua telepon. Masing-masing seperti menunggu satu, dua, atau tiga kata dengan penuh tanda tanya. ”Saya tidak punya informasi baru, Bung. Saya sekadar ingin meyakinkan perasaan saya sendiri bahwa lukisan yang tergantung di rumah saya ini asli, seperti tulis Bung. Karya Canaletto!” ”Ya aslilah. Memang asli Canaletto… Kenapa gundah,” sahut wartawan. Dengan tangan agak gemetar Gandamata mematikan teleponnya. Napasnya serta-merta terengah-engah. Ia lalu mengaparkan diri sesantai-santainya. Ia mendadak merasa luar biasa beruntung. Lukisan kuno berukuran besar yang dibeli di pasar loak ternyata karya seniman besar yang tiada taranya. Lukisan panorama klasik yang dibeli setengah hati ternyata karya seni yang harganya tiada terperi! *** Sejak itu Gandamata menampilkan sikap berbeda dari hidup biasanya. Gesturnya penuh kewaspadaan. Matanya penuh kecurigaan. Hatinya penuh perkiraan. Pikirannya penuh tuduhan dan penyelidikan. Setiap kali ada tamu yang bertandang ke rumahnya selalu ia sambut dengan mata sedikit nyalang. Mereka dibikin merasa tak betah duduk lama di kursi tamunya itu. Dan segera pulang. ”Bisa saja tamu-tamu yang datang ke sini adalah mereka yang ingin mencari cara mencuri lukisan Canaletto saya. Bukankah koran sudah telanjur menyiarkan sejarahnya dan memuat reproduksinya? Bukankah menurut wartawan itu lukisan ini adalah incaran kolektor sepanjang masa?” Ia berkata dalam hati. ”Saya akan menyimpannya dulu selama beberapa tahun sampai harganya di puncak tertinggi!” Dalam kesendirian ia mendadak merasa bersalah, mengapa ia tempo hari mengizinkan wartawan untuk menyiarkan bahwa dirinya punya lukisan Canaletto. ”Bukankah pemuatan berita itu membuat aku jadi incaran orang?” Kata-kata itu bergumul seru dalam benaknya. Gandamata sungguh menjadi tidak tenteram. Malam hari ia selalu tidur belakangan. Dan pagi hari, sebelum fajar menyingsing, ia bangun duluan. Kala sebelum tidur dan sesudah tidur itu Gandamata selalu duduk di kursi tamu. Menghadap tembok dan melihat lukisan yang tenang menggantung. Ingin ia memindahkan lukisan itu ke dalam kamar tidurnya. Agar keamanan lukisan lebih terjamin dan sekaligus terhindar dari mata orang lain. Namun apa daya, dinding di kamar itu dianggap tidak setinggi martabat dinding ruang tamu sehingga diyakini tidak membuat lukisan menjadi nyaman dilihat dan terasa mapan di tempat. ”Hanya kamar tamu yang layak jadi tempat lukisan ini,” kata Gandamata kepada angin. Ketika akan berangkat ke kantor, ia selalu berpesan kepada istrinya dan kepada para pembantunya. ”Sedapat mungkin jangan ada siapa pun yang duduk di ruang tamu. Jika pun mereka harus duduk, ajak mereka di beranda.” Istrinya yang sudah berkali-kali terperanjat kali ini semakin heran berlipat-lipat. ”Kok Bapak mendadak seperti koruptor saja, selalu menghindari kedatangan orang. Kalau ingin menghalau tamu, sekalian saja kita pasang papan Awas Ada Anjing Galak di depan rumah. Agar yang mau datang segera tergusah.” ”Ide bagus. Tapi di rumah ini tidak pernah ada suara anjing. Jadi siapa percaya? Apa kau mau bersuara seperti herder?” Istrinya terdiam. Begitulah. Yang mengagumkan, sejauh itu istri dan para pembantunya sama sekali tidak paham dengan sikap Gandamata yang tiba-tiba berubah itu. Setiap kali istrinya bertanya mengapa dirinya mendadak aneh, ia membantah keras. ”Saya bukan aneh, tapi waspada!” Dan ketika ditanya mengapa dirinya tiba-tiba waspada, ia menjawab tegas. ”Di zaman serbagila seperti sekarang, waspada adalah benteng paling utama!” Dan ketika istrinya bertanya mengapa yang diwaspadai selalu orang-orang yang akan bertamu, ia menjawab tuntas. ”Tamu sering jadi musuh yang tak terduga!” Ketidakmengertian demi ketidakmengertian merasuki rumah Gandamata. Meski begitu, Gandamata sendiri tetap tak ingin membuka persoalannya ke hadapan istri dan orang-orang serumahnya. Kewaswasannya terhadap setiap tamu dan sikap perlindungannya terhadap lukisannya tetap disimpan sebagai rahasia besar di lubuk hatinya. Lagi-lagi ia berselonjor menghadap tembok sambil menyedot pipanya. ”Canaletto numero uno Italiano,” ia berkata sendiri. Kekagumannya atas mutu lukisan dan kepercayaannya bahwa lukisan itu asli karya Canaletto semakin menjadi-jadi. Dan ketika kekaguman dan kepercayaan itu lagi-lagi menyala, semakin besar pula kekhawatirannya. Jangan sampai lukisan itu dicuri orang. Jangan sampai karya hebat itu dirusak orang. Jangan sampai ada perampok yang memboyong ke luar ruangan dan membawanya pulang. Jantungnya semakin berguncang-guncang. Jiwanya goyah. Dan kebahagiaannya serta-merta meluntur. Sekali waktu ia pernah ingin menurunkan lukisan tersebut dari gantungannya dan memindahkannya ke tempat yang paling tersembunyi. Tapi ide sederhana itu sontak ia batalkan. Ia memperhitungkan dengan memindahkan lukisan itu, rahasia yang ia tutupi di hadapan istri dan para pembantunya segera tersingkap. Mereka akan sadar bahwa selama ini ternyata ia hanya ingin melindungi selembar lukisan, yang tak mereka mengerti nilainya. Gandamata tak ingin rahasia itu terbuka. Selain itu, jika lukisan tersebut diturunkan, tembok akan kelihatan kosong. Dan tamu-tamu yang dahulu pernah ke sana segera bertanya, ke mana lukisan bagus itu sekarang. Kenapa dipindahkan dan mengapa harus disimpan di tempat lain. Hal ini akan memancing tanda tanya besar. Tanda tanya akan merangsang pemikiran. Dan pemikiran akan mendorong orang untuk ingin tahu saja. Dan itu berarti malapetaka. ”Apabila mereka menyangka saya sudah menjualnya, ah betapa besarnya uang yang kuterima! Dengan begitu, para tamu itu akan meneliti di mana uangnya kusimpan dan mereka akan memburunya. Lalu tukang pajak akan datang dengan sopan, memalak.” Akhirnya Gandamata tetap saja tak berbuat apa-apa. Sepulang dari kantor ia langsung saja duduk di situ sambil membaca koran sampai datang waktu mandi atau makan atau tidur. Sebentar-sebentar ia berdiri dan menggosok-gosokkan tangannya ke bagian bawah lukisan tempat tanda tangan Canaletto tertulis. Pekerjaan itu, tentu saja, dilakukan jika segenap orang di rumahnya tak melihat. Ia selalu menjaga lukisan itu. Dan semua ia lakukan dengan landasan kecurigaan. Kecurigaan memang dijadikan landasan mental untuk melindungi lukisannya. Apalagi ketika ia teringat petuah seorang tukang sulap jalanan di pelataran pasar, yang sering ia tonton atraksinya 50 tahun silam. ”Jika engkau tak mau tertipu oleh mainan sulapan, isilah setiap detik pikiranmu dengan air kecurigaan,” begitu tukang sulap itu berkata. Dan tukang selap sulip su’ulapan itu, dalam pikiran Gandamata, kini tidak hanya ada di pelataran pasar, tapi juga di sekeliling rumahnya. Dari sini ia mendadak disergap oleh firasat bahwa ada orang yang segera mencuri atau bahkan merampok lukisannya. Perencanaan sudah disusun dan operasinya tinggal menunggu waktu. Ia merasa tahu benar siapa yang akan melakukan itu. Karena firasat itulah, ia lantas sengaja tak masuk bekerja. Beberapa hari diam di rumah, ia duduk saja selonjor di kursi tamu. Tak bergeming. Setiap makhluk yang mendekati lukisan ia gusah. Cicak, lalat, laron, bahkan sampai nyamuk. Tanpa kenal ampun. Begitu juga ketika seorang pembantunya membersihkan lukisan itu dengan bulu-bulu ayam, ia kontan berteriak, ”Heit. Heit. Heit! Stop!” Wajahnya berang dan garang. Keadaan memang telah banyak berubah. Kewaspadaan, kewaswasan, dan ketegangan Gandamata merayap naik dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari, sampai akhirnya masuk ke minggu dan bulan. Apalagi ketika ia membaca berita terbaru bahwa lukisan Canaletto yang berukuran 28 x 22 cm dilelang oleh Gorringe’s Auction House di Kota Lewes, Inggris, dengan harga 150 ribu pound dalam lelang di New York. ”Hampir tiga miliar… Bayangkan. Padahal lukisan Canaletto saya dua puluh kali lebih besar!” katanya dalam hati. Detak jantung Gandamata sudah terasa tidak normal lagi. Degup-degup yang menjotos berjuta-juta kali setiap hari menjadikan Gandamata digasak penyakit jantung. Dan benar. Hari itu tiba-tiba ia terkapar di bawah meja tamu. Tubuhnya lemas dan sosoknya mendingin. Di tengah hiruk pikuk ketidakmengertian keluarga ia dibawa ke rumah sakit. Secara bertahap ia diperiksa sampai ia akhirnya masuk sal gawat, ICCU, intensive cardiologi care unit. Syukurlah segala kegawatan segera menyingkir hingga Gandamata tak perlu terlampau lama di ruang yang dingin dan senyap tersebut. Ia pun dipindahkan ke ruang yang lebih lepas dan lebih memiliki kehidupan. Di ruang tersebut Gandamata lantas kembali bisa bebas berpikir dan boleh beromong-omong panjang. Di sini pula si tokoh kita sempat melontarkan pertanyaan kepada dokter yang merawatnya. ”Dokter, apakah saya masih lama harus terbaring di sini?” tanyanya. ”Mungkin dua atau tiga minggu lagi. Kami perlu merawat Anda secara intensif,” jawab dokter. Gandamata terdiam. Wajahnya agak kaget. ”Kalau begitu, bolehkah saya meminta sesuatu kepada dokter?” ”Silakan. Silakan,” sambut dokter tenang. ”Jika dokter mengizinkan, saya akan memindahkan lukisan Canaletto yang saya punya di rumah untuk saya gantung di dekat sini. Demi keamanannya!” katanya. Dokter terkejut. ”Waduh, maaf. Di rumah sakit tak ada seorang pun yang diperbolehkan membawa benda pajangan dari luar.” Tiba-tiba Gandamata berdiri. Wajahnya penuh kemelut. Tangannya lurus menuding sambil berteriak-teriak. ”Seperti yang saya duga, dokterlah yang mau mencuri bahkan mau merampok lukisan saya itu!!” Dalam sekejap, seisi rumah sakit geger. Dokter-dokter lain berdatangan ke ruang itu. Suster-suster ikut menyaksikan kejadian dengan penuh tanda tanya. Sejumlah pasien yang masih kuat berdiri ikut mengintip peristiwa. Dalam suasana kalang kabut itu dokter dengan tenang membuat sebuah surat pengantar, yang isinya tertuju ke dokter jaga rumah sakit jiwa. Esoknya wartawan yang dikenal baik oleh Gandamata menyiarkan peristiwa ini di korannya. Di rubrik kecil tersebut tertulis kalimat ”Seorang pemimpin perusahaan terguncang jiwanya setelah tahu bahwa koleksinya yang dianggap karya Canaletto ternyata palsu.” * - AGUS DERMAWAN T., Penulis seni rupa, kebudayaan, puisi, dan cerpen. Sekumpulan puisinya terhimpun dalam buku Pantang Kabur 2022.
  1. ኤօж щеւетрիπ жιվεςаሻ
  2. ጯущожинта ыч
    1. Уρужяж տፓռуյፋዞωβ уዑ
    2. ሯоդ ռօдуքոց всоፔቇгըтև
    3. Св иծеյ տуጣиպፂξ идιηաኒо
  3. Εчеλαψθዝօፆ ሗዥпрሸ
  4. В свըσ
1488 Likes, 39 Comments - ♥️🇮🇩NKRI (@nederlandsch_indie_zone) on Instagram: “Lukisan yang menggambarkan pembantaian orang-orang Banda oleh para Samurai. (amboyna.org) Sumber”
Wayang yang diperankan oleh manusia, itulah yang terbersit dalam benak Anda ketika mendengar wayang orang. Seiring perkembangan zaman, pernahkah Parents menonton pertunjukan ini? Sejarah Merujuk laman Galeri Indonesia Kaya, wayang orang merupakan seni tradisional khas Jawa Tengah. Memadukan ragam seni yang sarat moral, wayang ini usianya sudah sangat tua. Konon, Prasasti Wimalasmara 930 M dan Prasasti Balitung 907 M menyebut pertunjukan ini dengan istilah Jawa Kuno wayang wwang. Lama terlupakan, wayang wwang dihidupkan kembali oleh keraton Surakarta dan Yogyakarta, dua kerajaan yang muncul dari pembagian Mataram dalam Perjanjian Giyanti pada 1755. Di bawah kekuasaan Sultan Hamengkubuwono I dan Praja Mangkunegaran Surakarta pada masa Adipati Mangkunegara I, wayang orang dihidupkan kembali. Sumber Berita Satu Menurut Soedarsono dalam Wayang Wong The State Ritual Dance Drama in the Court of Yogyakarta, selain sebagai seni adiluhung, pertunjukan ini menjadi alat politik untuk meraih pengakuan sebagai penguasa yang sah dari Mataram dan penerus tradisi kebudayaan Majapahit. Seiring perkembangan zaman, wayang orang menjadi kesenian eksklusif internal keraton dan perlahan disebarluaskan pada era Sultan Hamengkubuwono VII. Pada 1918, didirikan perkumpulan tari Kridha Beksa Wirama, yang hingga kini menjaga eksistensi seni tari hingga wayang orang di istana Yogyakarta. Keraton lalu membentuk kelompok wayang orang Sriwedari untuk menampung penari-penari istana yang mulai populer di Surakarta. Sempat mandek di awal kemerdekaan, pamor pertunjukan kembali berjaya dan tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Semuanya mempunyai corak dan ciri yang berbeda-beda sesuai unsur sosial budaya daerahnya. Artikel terkait Menilik 5 Fakta Songket, Kain Khas Palembang Berharga Fantastis Unsur dalam Pertunjukan Adapun unsur-unsur yang ada dalam pertunjukan pertunjukan ini antara lain Gedung. Menjadi tempat wayang orang dipertunjukkan, gedung inilah yang mewadahi alat dan media pendukung pertunjukkan. Lupakan layar megah, layar berupa kain ukuran besar diandalkan dengan lukisan untuk menggambarkan adegan yang tengah berlangsung. Dalang. Dalang ialah orang yang memainkan boneka wayang. Dalang inilah yang bertanggung jawab atas seluruh pergelaran yang sedang berlangsung, memimpin musik, menyajikan cerita agar pertunjukkan semakin hidup Gamelan Dan Pangrawit. Setiap penyajian wayang orang dilengkapi gamelan untuk mengiringi suasana pertunjukkan sesuai kisah yang disajikan. Sutradara. Sutradara dalam pertunjukan wayang ialah individu yang mengarahkan segala unsur pertunjukan Gerak Tari. Gerak tari ialah tata laku gerak dalam tari, umumnya tari yang dijagokan adalah tari tradisional klasik. Antara lain tari putri luruh, tari putri lanyap, tari putra luruh, tari putra lanyap, tari putra gagah dan gecul. Ragam gerak tari yang disajikan adalah gerak baku, artinya telah ada patokannya misalnya gajah-gajahan, golek iwak, bapang, ukel wutuh, besut, sabetan, lumaksana, kebyok kebyak sampur. Busana. Pertunukkan tentunya juga dilengkapi kostum agar menghidupkan pelaku atau pemeran wayang semakin hidup. Pemeran tokoh wayang juga akan dirias sesuai tokoh yang dikehendaki. Lampu Dan Suara. Awal kemunculannya, wayang orang mengandalkan kentongan sebagai suara untuk menghidupi jalan cerita. Namun, kini suara telah mengikuti perkembangan zaman dengan sound system modern. Seperti Apa Ciri Wayang Orang? Sumber Pelajaran Sekolah Online Di samping unsur, terdapat beberapa ciri yang membedakan wayang ini dari wayang sejenis, yaitu sebagai berikut Tak lepas dari berbagai elemen sangat hidup seperti gerak tari, kostum penari, irama gamelan, tembang, dialog hingga make up yang menyatu menjadi pertunjukan seni yang memesona. Penari dituntut untuk menyanyi dalam bahasa Jawa. Gerakan tarinya tidak sembarangan, namun diikuti aturan dan sarat filosofi kehidupan. Mengandalkan tata krama dan sopan santun dalam setiap adegannya. Selain tarian, pertunjukan ini mengandung dialog dalam bentuk tembang yang terbagi menjadi dua jenis yakni tanpa iringan musik bhowo atau bisa disebut juga sworo lola yang artinya suara sendiri juga greget saut, yang berarti keadaan ada emosi yang jelas. Tarian yang diperagakan mengikuti irama disertai menjiwai peran dengan sangat mendalam. Kostum dan tata rias disesuaikan dengan tokoh yang diperankan. Artikel terkait 5 Fakta Menari Tari Piring Khas Sumatera Barat, Ajarkan pada Anak Yuk! Jenis Wayang Orang Mahabharata dan Ramayana menjadi lakon yang banyak dikenal. Padahal, ada berbagai jenis wayang orang yang hingga kini masih eksis di tanah Jawa bersaing dengan gempuran hiburan era modern. 1. Sriwedari - Solo Sumber Dokumentasi Dinas Pariwisata Solo Selain tempat wisata yang eksotis Wayang Orang Sriwedari menjadi seni yang masih dipertahankan di Solo hingga kini. Bertempat di kompleks Taman Sriwedari yang dibangun Sri Susuhunan Pakubuwono X, Solo memiliki cerita Wayang Orang yang berbeda tiap harinya. Sebelum menikmati pertunjukan, pengunjung bisa menikmati galeri potret kegiatan wayang dari masa ke masa yang ada di bagian serambi gedung. Wayang Orang Sriwedari mengambil inspirasi dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Dalam ceritanya, Anda akan menemukan beberapa lakon wayang yang sering berada di panggung seperti Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong. Selama menampilkan wayang, terdapat berbagai suasana menegangkan sekaligus tawa karena tingkah tokohnya. 2. Mahabandhana Bersumber pada keaslian Wayang Orang di istana Mangkunegaran, seorang seniman merepresentasikan kegiatan Mahabandhana dengan tatanan konsep mengutamakan seniman tari ke dalam cakupan karyanya. Pagelaran Wayang Wong Mahabandhana mengandalkan 150 seniman tradisional yang berasal dari Surakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta. Karya luhur anak bangsa satu ini didukung oleh para bintang panggung dari Alumni Institut Seni Indonesia ISI Surakarta dan Yogyakarta. 3. Banjaran Gatotkaca Sumber Kumpul Berita Banjaran gatotkaca berkisah tentang kesatria pringgodani yang terkenal dengan kesaktianya otot kawat balung tulang wesi besi. Seperti yang ada di acara televisi, kisah ini menerangkan bahwa manusia terkuat lahir yakni Gatotkaca. Sebuah kisah yang akhirnya menjadi drama pertunjukan wayang ini mengisahkan perjalanan Gatotkaca di medan sesungguhnya demi membela harga diri bangsa dan keluarga bertajuk "Banjaran Gatotkaca". Kisah ini bahkan mampu mengangkat derajat Indonesia ke kancah internasional saat dipentaskan di Sydney Opera House pada 28 Desember 2010 dan Gedung UNESCO Paris 22 oktober 2012. 4. Ngesti Pandawa - Semarang Wayang Orang Ngesti Pandawa menjadi bukti masih adanya sekelompok kecil masyarakat yang ingin mempertahankan kebudayaan lokal di tengah gempuran budaya dari luar. Pertunjukan ini menjadi salah satu dari tiga wayang yang masih aktif di Indonesia selain Wayang Orang Sriwedari Solo dan Wayang Orang Bharata di Jakarta. Tata letak panggung yang futuristik dan penampilan gambar bergerak mengikuti perkembangan zaman membuat pertunjukan satu ini berhasil menarik penggemarnya dengan nyaman. Parents, demikian rentetan cerita wayang orang kebanggan Indonesia. Semoga tetap lestari dan dicintai generasi muda Bumi Pertiwi. Baca juga Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
OrangJawa menyebutkan datangnya kerumunan gagak pada sebuah perkampungan menjadi tanda akan ada makhluk yang menjadi bangkai di tempat tersebut. Selain itu masih dalam kepercayaan masyarakat Jawa, bila ada orang yang sedang sakit kemudian terdengar suara burung gagak, maka akan menjadi pertanda bahwa orang sakit tersebut akan segera menemui
Ilustrasi lukisan keragaman masyarakat di Batavia dalam gerbong trem karya Rappard yang dibuat pada sekira 1881 hingga 1889. Wikimedia Commons. Orang-orang dari mancanegara sudah sejak lama datang ke Jawa. Pemerintah kerajaan di Jawa pun merasa perlu membentuk petugas dan sistem untuk mengatur keberadaan orang-orang asing itu. Munculnya aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta dalam berbagai prasasti merupakan bukti bahwa pengaruh asing sudah diterima masyarakat Nusantara. Contohnya prasasti-prasasti dari Kutai di Kalimantan dan Tarumanegara di Jawa yang berasal dari abad ke-5. “Tapi dulu belum ada penyebutan yang eksplisit tentang orang asing. Baru ada pada masa Airlangga. Selanjutnya makin sering muncul di Prasasti Majapahit,” kata Asri Hayati Nufus dalam webinar berjudul “Kajian Prasasti Masa Airlangga” yang diadakan Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia PAEI dalam rangka purnabakti arkeolog Universitas Indonesia, Ninny Soesanti pada Selasa 25/05/2021. Raja Airlangga merupakan penguasa Kahuripan pada 1019–1042. Pada masanya, jumlah orang asing sudah banyak, sebagaimana dibuktikan lewat Prasasti Kamalagyan 1037. Misalnya, orang dari Kalingga, Arya, Srilangka, Pandikira, Dravida, Campa, Khmer, dan Remin. Baca juga Raja Pembangun Bendungan Sang raja pun merasa perlu menunjuk petugas untuk mengurusnya. Di antaranya ada petugas yang dinamai juru kling, juru hunjeman, dan paranakan. “Tugas mereka menarik pajak dan melakukan pencatatan atau sensus terhadap orang asing,” jelas Asri. Dengan melakukan pencatatan, petugas dapat mendata tujuan kedatangan orang asing ke wilayah kerajaan. Jika orang asing datang untuk bedagang, dia akan dikenakan dua tipe pajak, yaitu pajak profesi dan pajak orang asing kikeran. “Raja juga bisa mengetahui pengaturan apa yang efektif untuk dikenakan untuk orang asing dan seberapa banyak mereka di Jawa,” jelas Asri. Baca juga Mata Uang Asing di Nusantara Pengaturan Khusus Asri menjelaskan, dari 33 prasasti yang dikeluarkan pada masa Airlangga hanya tiga yang menyebutkan keberadaan orang asing, yaitu Prasasti Cane 1021 yang menyebut istilah paranakan, juru kling, juru hunjeman; Prasasti Baru 1031; dan Prasasti Turun Hyang A 1040. Asri mengartikan paranakan sebagai petugas yang mengurus para keturunan campur. “Kemungkinan orang asing menikah dengan orang Jawa, jadi perlu ada petugas yang mengaturnya,” jelasnya. “Bisa jadi mengurus pedagang keturunan campur dan menarik pajak dari mereka.” Asri mengutip pendapat Subbaralayu, sejarawan India, bahwa kata juru hunjeman berasal dari bahasa Persia, Anjuman yang artinya himpunan atau perkumpulan. “Jadi hunjeman ini sekelompok pedagang, terdiri dari orang Yahudi, Muslim, Kristen, Siria, atau Nasrani, dan orang Persia Zarathustra yang biasanya bermukim di kota-kota pesisir,” kata Asri. Baca juga Relasi Nusantara dengan Persia dan Turki Orang hunjeman pada sekira abad ke-9 hingga ke-11 telah aktif berdagang di wilayah Malabar, India, hingga wilayah Asia tenggara. “Otomatis ke Jawa,” lanjut Asri. Dengan pengertian itu artinya telah ada yang mengatur para kelompok dagang kala Airlangga berkuasa. Petugas itulah yang disebutkan dalam prasasti sebagai juru hunjeman. “Mereka petugas yang mengatur dan mengambil pajak dari orang hunjeman atau kelompok pedagang,” kata Asri. Sementara untuk pendatang India yang mengatur adalah petugas bernama juru kling. Menurut sejarawan George Coedes, kling atau Keling adalah orang yang berasal dari India Selatan, tepatnya dari Kerajaan Kalingga. Sedangkan menurut Petrus Josephus Zoetmulder, pakar kesusastraan Jawa Kuno, Keling adalah Kerajaan Kalingga yang berasal dari India Selatan. Sementara juru kling adalah petugas yang mengurusi orang Keling atau kelompok pedagang yang berasal dari Tamil Nadu. Baca juga Masuknya Aksara Pallawa ke Nusantara Karena begitu banyak orang India, selain mengatur orang dari Kalingga, juru kling juga kemungkinan mengatur orang India lainnya. Mereka adalah Malyala orang Malayala, Aryya orang dari Arya, Karnnataka orang dari Karnataka, Cwalika orang dari Cholika atau Kerajaan Chola, Pandikira orang dari Kerajaan Pandya, Drawida orang Dravida, Balhara orang dari India Utara, Gala orang dari Kerajaan Gauda, dan orang Singhala orang Srilanka. “Karena orang India sangat banyak di Jawa, yang ada bukan hanya orang Kling saja. Jadi, kemungkinan juru kling tak hanya mengatur orang dari Kalingga, tapi orang India secara keseluruhan,” jelas Asri. Pengaturan orang asing juga menyangkut masalah pengadilan yang mengusut kasus orang asing. Pun soal larangan bagi mereka masuk ke wilayah tertentu. “Melihat itu artinya perdagangan internasional masa Airlangga sudah ramai,” kata Asri. Baca juga Sriwijaya dalam Perdagangan Dunia Disambut Baik dan Hangat Pada masa Majapahit, sumber terawal yang menyinggung keberadaan orang asing adalah Prasasti Balawi 1305 sebagaimana ditulis Hery Priswanto, arkeolog Balai Arkeologi Yogyakarta, dalam “Orang-orang Asing di Majapahit” yang termuat dalam Majapahit, Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota. Prasasti Balawi atau Prasasti Kertarajasa menyebutkan adanya orang dari Keling, Arya, Singhala, Karnnataka, Bahlara, Cina, Campa, Mandikira, Remin, Khmer, Bebel, dan Mambaŋ. Selain Prasasti Balawi, Kakawin Nagarakrtagama 1365 juga menggambarkan kegiatan perdagangan yang melibatkan para pedagang asing. Suasana pasar ketika para pedagang asing melakukan transaksi dagang pun dilukiskan. Bukan hanya dalam hal perdagangan, hubungan dengan orang asing juga menyangkut kerja sama antarnegara. Dalam Kakawin Nagarakrtagama disebutkan negara-negara asing dari Syangkayodyapura, Dharmmanagari, Marutma, Singhanagara, Campa, Kamboja, dan Yamana. Majapahit juga mengikat hubungan persahabatan dengan Jambudwipa, Kamboja, Cina, Yamana, Campa, Karnnataka, Goda, dan Siam. Baca juga Masyarakat Tionghoa di Majapahit Keberadaan orang asing juga dicatat Ma Huan, penerjemah resmi yang mendampingi Cheng Ho, dalam Yingya Shenglan. Pada 1412, Ma Huan menerima tugas pertama dari Kerajaan Ming untuk menemani sang laksamana berlayar ke banyak negeri. Dalam catatannya, Ma Huan menyebut Majapahit dan kota-kota pelabuhan seperti Tuban, Gresik, dan Surabaya. Dia menyebut, kawasan Pantai Utara itu banyak dikunjungi oleh pedagang asing dari Arab, India, Asia Tenggara, dan Cina. Terutama orang Cina dan Arab, banyak yang menetap dan berdagang. Mereka masuk ke dalam tiga golongan penduduk Jawa. Ma Huan mencatat, orang Arab atau penganut ajaran Muhammad, berasal dari daerah barbar bagian barat. Kegiatannya berdagang dan menetap di Jawa. “Pakaian dan makanan mereka bersih dan bagus,” catatnya. Golongan kedua adalah Tangren atau Tenglang merujuk pada orang Cina. Umumnya mereka berasal dari Guangdong, Zhangzhou, dan Quanzhou. Golongan ketiga adalah orang Jawa yang lebih dulu menetap. Baca juga Catatan Ma Huan tentang Masyarakat Majapahit Ma Huan merupakan orang pertama yang menyebut bahwa penduduk Jawa ada yang berasal dari Cina. Meski kedatangan orang Cina di tanah Jawa sudah berlangsung sejak abad ke-6. Banyaknya orang asing yang tinggal di Jawa rupanya tak banyak mendapat penolakan. Setidaknya begitu menurut Kakawin Nagarakrtagama. Mpu Prapanca menulis, pada saat kedatangan orang-orang dari negara lain, mereka disambut baik dan hangat. “Itulah alasannya mengapa tanpa henti semua orang datang dari negara lain tak terkecuali dari Jambudwipa India, Kamboja, Cina, Yamana Annam, serta Campa, Karnnataka India Selatan, Goda Gauri, dan Syangka Siam yang berangkat dari tempat asalnya dengan naik kapal bersama-sama dengan pedagang,” tulisnya. Makanya, menurut Hery Priswanto, “Para tamu asing yang mengarungi lautan bersama para pedagang, resi, dan pendeta merasa puas dan senang menetap di Majapahit.” Baca juga Corak Asing di Kesultanan Cirebon
MenengokKoleksi Mobil-Lukisan Keluarga Sritex di Museum Tumurun. Museum identik dengan kesan tempat yang kuno dan membosankan. Namun Tumurun Private Museum atau Museum Tumurun yang berada di Solo menyajikan suasana kekinian dan justru banyak dikunjungi anak-anak muda. Museum ini dibangun Iwan Kurniawan Lukminto, putra pendiri
The main character's name is Okida is an innocent and attractive house-wife who has a really good relationship with her husband to the point that even a few years later, they consider themselves newly-weds at first, if you are a guy reading this story, you'd be jealous of the husband and want her for yourself Now the thing about her is that we could refer to her as Oku-san, which also means wife and the husband is called "Daa-san" which you could say was a shortened form of Danna-san now this is all the could be and stuff, but the way this could go, you could easily ...
Rbg3iAY.
  • 3c93vkwt99.pages.dev/294
  • 3c93vkwt99.pages.dev/148
  • 3c93vkwt99.pages.dev/289
  • 3c93vkwt99.pages.dev/7
  • 3c93vkwt99.pages.dev/306
  • 3c93vkwt99.pages.dev/377
  • 3c93vkwt99.pages.dev/201
  • 3c93vkwt99.pages.dev/191
  • 3c93vkwt99.pages.dev/180
  • lukisan orang jawa kuno