MengenalKawasan Sentra Produksi yang Menghidupkan Ekonomi. Nisa Destiana. 25 Jun 2021. Saat berkunjung ke daerah tertentu, kamu mungkin menemukan daerah yang disebut-sebut sebagai sentra produksi. Misalnya, ketika berkunjung ke Yogyakarta, kamu bisa menemukan sentra produk gerabah di Kasongan atau sentra produk gudeg di Wijilan dan Caturtunggal.
Gerabah Kasongan Yogyakarta Kasongan adalah nama sebuah desa yang terletak di daerah dataran rendah bertanah gamping di Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, sekitar 8 km ke arah barat daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20 menit berkendara dari pusat kota Yogyakarta. Memasuki kampung Kasongan, di halaman-halaman rumah dan pekarangan warga dengan mudah akan terlihat produk gerabah berbagai bentuk dan ukuran. Baik yang masih alami berwarna merah bata, ataupun yang telah dilakukan finishing dengan pengecatan beraneka warna atau teknik finishing lain. Di sudut-sudut kampung akan terlihat pula tungku-tungku pembakaran. Jika tertarik, wisatawan dapat pula turut membentuk tanah liat menjadi gerabah bersama para perajin. Desa Wisata Kasongan terletak di Dukuh Kajen, Banguntapan, Kasihan, Bantul Yogyakarta. Di dukuh seluas 49 hektar berpenduduk jiwa tersebut, 95% warganya bermata pencaharian sebagai perajin gerabah, sedangkan sisanya petani dan Pegawai Negeri. Pembuatan gerabah di Kasongan memang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi terdahulu hingga kini. MULANYA PRODUK PERKAKAS RUMAH TANGGA Pada mulanya, gerabah yang diproduksi warga Kasongan hanya berupa perkakas rumah tangga seperti kwali, cobek, anglo, keren tungku untuk memasak dengan kayu bakar, dan perkakas lain. Namun hasil pemninaan dari waktu ke waktu, variasi produk gerabah pun berkembang hingga ke gerabah-gerabah hias seperti guci, berbagai patung, meja kursi, dan berbagai hiasan lain. “Kerajinan gerabah telah turun-temurun digeluti warga. Kemudian mulai berkembang setelah ada arahan dari para tokoh seniman dan para pendamping maka terjadi perkembangan missal dalam hal desainnya,” kata Kepala Dukuh Kajen, Muh. Hadi Suprojo. Kerajinan gerabah di Kasongan mulai berkembang setelah dibangunya jembatan di sisi timur kampung pada 1972, sehingga bisa menghubungkan ke kota Bantul dan daerah lain. “Sebelum tahun 72 susah karena belum ada jembatan. Untuk menjual gerabah harus menyeberang sungai. Dulu hanya dijual di pasar-pasar tradisional sekitar. SEJARAH Pada masa penjajahan Belanda, salah satu daerah di sebelah selatan kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan warga setempat, yaitu seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan mati di atas lahan sawah milik seorang warga. Hal tersebut membuat warga ketakutan setengah mati. Karena takut akan hukuman, warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun kemudian diakui oleh penduduk desa lain. Warga yang takut akhirnya berdiam diri di sekitar rumah mereka. Karena tidak memiliki lahan persawahan lagi, maka untuk mengisi hari, mereka memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah yang ada, kemudian mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai membentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi barang keperluan dapur atau mainan anak-anak. Berawal dari keseharian nenek moyang mereka itulah yang akhirnya kebiasaan itu diturunkan hingga generasi sekarang yang memilih menjadi perajin gerabah. Perkembangan Produk Pada awalnya keramik ini tidak memiliki corak desain sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk, terutama kuda-kuda pengangkut gerabah atau genteng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di atas kuda, selain juga motif katak, ayam jago dan gajah. Perkembangan zaman dengan masuknya pengaruh modern dan budaya luar melalui berbagai media telah membawa perubahan di Kasongan. Setelah kawasan Kasongan pertama kali diperkenalkan oleh Sapto Hudoyo sekitar 1971-1972 dengan sentuhan seni dan komersil serta dalam skala besar dikomersilkan oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an, kini wisatawan dapat menjumpai berbagai aneka motif pada keramik. Bahkan wisatawan dapat memesan jenis motif menurut keinginannya. Kerajinan gerabah yang dijual di desa Kasongan bervariasi, mulai dari barang-barang ukuran kecil untuk souvenir hingga hiasan, pot untuk tanaman, interior meja kursi, dan masih banyak lagi jenisnya. Dewasa ini di kawasan Kasongan terlihat galeri-galeri keramik di sepanjang jalan yang menjual berbagai barang hiasan dan souvenir. Bentuk dan fungsinya pun sudah beraneka ragam, mulai dari asbak rokok kecil atau pot dan vas bunga yang berukuran besar, Barang hias pun tidak hanya yang memiliki fungsi, tetapi juga barang-barang hiasan dekorasi serta souvenir perkawinan. Salah satu produk yang cukup terkenal adalah sepasang patung pengantin dalam posisi duduk berdampingan. Patung ini dikenal dengan nama Loro Blonyo. Patung ini diadopsi dari sepasang patung pengantin milik Kraton Yogyakarta.
Selainitu, kegiatan ekonomi yang dilakukan otomatis tidak akan bergerak. Dengan tidak adanya pemasaran, maka akan membawa akibat yang cukup fatal bagi perusahaan. Perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan dari barang yang diperolehnya, sehingga akan mengalami kerugian. "Kasongan merupakan sentra industri gerabah yang cukup besar di Indonesia.
BANTUL-Desa Wisata Kasongan yang terletak di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul dikenal sebagai sentra gerabah. Sebagian besar warga di sini merupakan perajin gerabah. Dalam kondisi normal sebelum adanya pandemic COVID-19, banyak wisatawan yang berkunjung ke Kasongan, untuk membeli kerajinan gerabah. Di Desa Wisata Kasongan ini juga terdapat Lembaga Pendidikan Gerabah Nangsib Keramik, yang digagas seorang pemuda bernama Dicky Bisma Saputra. Bisma, begitu ia akrab disapa menjelaskan lembaga ini didirikan pada 2016. Lembaga ini bergerak di bidang pendidikan atau pelatihan gerabah. Selanjutnya kegiatan di lembaga ini berkembang menjadi wisata edukasi. Dalam menjalankan lembaga ini, Bisma dibantu 10 orang pembimbing yang bertugas membantu pengunjung membuat kerajinan gerabah. “Saya berusaha menciptakan sesuatu yang berbeda di Kasongan agar menjadi daya tarik tersendiri bagi warga luar yang datang ke Kasongan. Jadi mereka datang ke Kasongan tidak hanya untuk belanja gerabah tetapi juga bisa merasakan langsung secara terarah membuat gerabah bersama pembimbing yang ada di sini,” ujar Bisma saat ditemui Sabtu 12/7/2020. Sebagian besar pengunjung yang datang ke untuk belajar membuat kerajinan gerabah di Lembaga Pelatihan Gerabah Nangsib Keramik adalah anak-anak sekolah. Tetapi, menurut Bisma, ada juga pengunjung yang merupakan satu keluarga. Biasanya pengunjung begitu turun dari kendaraan sudah disediakan bahan-bahan gerabah. Sebelum kegiatan dimulai, pengunjung bisa mendapat informasi mulai dari sejarah gerabah, hingga cara membuat kerajinan gerabah seperti pot bunga, guci, kendi, piring, maupun celengan dari awal hingga finishing. “Harapan kami, dengan metode seperti itu, pengunjung tidak sekadar belajar membuat gerabah saja, tetapi juga tahu sejarahnya dan salah satu muatan local yang ada di Jogja,” imbuh Bisma. Biaya untuk bisa belajar membuat gerabah di Nangsib Keramik bervariasi, tergantung paketnya. Harga dibuka mulai dari Rp 15 ribu untuk 100 peserta hingga Rp 300 ribu untuk paket keluarga. Selain itu, harga paket juga tergantung pada berapa banyak hal yang dipelajari. “Di sini semuanya mendapatkan sertifikat yang dikeluarkan Lembaga. Peserta juga bisa mendapatkan dokumentasi dan membawa pulang hasil karya mereka,” ujarnya. Sejak pandemi COVID-19, kegiatan di lembaga pelatihan gerabah Nangsib Keramik terhenti selama hampir 4 bulan. Tetapi pekan ini, Nangsib Keramik kembali membuka pelatihan, dengan tetap menerapkan protocol pencegahan COVID-19. *
15Kasongan merupakan daerah sentra kerajinan gerabah di yogyakarta apa makna kata tersebut? Desa Wisata Kasongan Salah satu patung yang legendaris di Desa Kasongan adalah patung Loro Blonyo. vas bunga, patung mini, asbak, dan pigura foto. Selain itu banyak juga keramik berukuran kecil yang banyak digunakan oleh penyelenggara hajat
Profil Sentra Industri Kecil di Kabupaten Bantul Gerabah A. Latar Belakang Sejarah Kyai Song merupakan cikal bakal nama Kasongan, pada tahun 1675-1765 beliau merupakan salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yang telah mencoba mengembangkan pembuatan gerabah khususnya barang tembikar dengan jenis yang dihasilkan masih terbatas pada perkakas dapur cobek, cuwu, belangan, dll. Kemudian pada tahun 1875-1885 oleh generasi Mbah Jembuh dikembangkan produk hiasan dinding berbentuk kepala binatang kerbau, kambing, rusa, dll yang selanjutnya berkembang kearah produk celengan berbentuk binatang ayam, katak, dll serta berbetnuk buah-buahan waluh, semangka, dsb yang pada masa itu seiring dengan beredarnya uang logam. Pada tahun 1825 berkembang menjadi jenis angko dipelopori oleh Mbah Rono dan Mbah Giyah yang kemudian diteruskan oleh Mbah Harta serta Mbah Josentono dengan mengembangkan produk jenis vas bunga, pot dan terus berkembang kearah seni mulai tahun 1867 setelah dapat sentuhan pembinaan oleh Ir. Dra. Suliantoro Soelaiman. Produk-produk dengan motif binatang berornamen tempel dikembangkan oleh Saptono Hudoyo pada tahun 1971. Produk spesifik gerabah Kasongan seperti guci mulai berkembang tahun 1986. Berbagai sentuhan dorongan dan pembinaan dari pemerintah dan swasta serta didukung keuletan masyarakat pengrajin gerabah di Kasongan telah dapat menghantar ke perubahan memasuki pasar nasional dan ekspor secara komersial di Kasongan mulai tahun 1987 sampai sekarang tidak kurang dari 12 negara yang menjadi tujuan ekspor. B. Bahan Baku dan Proses Produksi Bahan baku gerabah Kasongan memanfaatkan bahan baku golongan C berupa tanah liat dan pasir halus yaitu Jenis tanah liat merah berasal dari sekitar Kasongan Bantul lokal, Kabupaten Sleman Godean, Pacitan dan Kebumen. Jenis tanah liat putih berasal dari Malang dan Jawa Barat Proses produksi pembuatan keramik adalah sebagai berikut Persiapan dan penimbangan bahan baku tanah liat. Penggilingan dan pencampuran dengan air secukupnya. Penyaringan dengan direndam selama lebih kurang 1-2 hari. Pencetakan sesuai dengan bentuk dan desain yang diinginkan. Pembakaran pertama. Pemberian warna dan corak yang diperlukan dan pengglasiran. Pengeringan finishing. Pembakaran kedua. Sortasi barang. C. Jenis Produk Produk-produk yang dihasilkan di Sentra Industri Gerabah Kasongan meliputi Vas Bunga berbagai ukuran. Pot bunga/tanaman bentuk anggur, dudung, gulung. Guci/bejana gores, terawang, naga. Tempat duduk dan meja bundar, segi enam, kendang. Tempat payung. Motif patung asman, roro blonyo, binatang, dll. Asbak Bahan bangunan wuwung maputo, jago relief, dll. Souvenir macam-macam koin, angsa, dll. Dan lain sebagainya. D. Pemasaran Gerabah Kasongan Lokal hambir semua kota besar di Pulau Jawa dan Bali Eksportir Yogyakarta, Semarang, Jakarta, Surabaya dan Bali Luar Negeri Australia, USA, Belanda, Swiss, Kanada, Spanyol, Italia, Guam, New Zealand, Jepang, Malaysia, Belgia dan Jerman. E. Lokasi Penyebaran Gerabah di Kabupaten Bantul Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan, Bangunjiw0, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dan sekitarnya. Jumlah Unit Usaha 441 unit usaha Jumlah Tenaga Kerja orang Produksi pcs/tahun Nilai Produksi Rp Sentra Kerajinan Gerabah Panjangrejo dan Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul dan sekitarnya. Jumlah Unit Usaha unit usaha Jumlah Tenaga Kerja 595 orang Produksi pcs/tahun Nilai Produksi Rp Sentra Kerajinan Gerabah Ngentak, Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul dan sekitarnya. Jumlah Unit Usaha 50 unit usaha Jumlah Tenaga Kerja 90 orang Produksi pcs/tahun Nilai Produksi Rp
Yogyakarta(Antaranews Jogja) - Sebanyak 24 peserta Siswa Mengenal Nusantara 2018 Program BUMN Hadir Untuk Negeri asal Kepulauan Riau berkunjung ke sentra industri kerajinan ANTARA News jogja pendidikan
Bantul - Kasongan terkenal sebagai sentra kerajinan gerabah atau keramik. Gerabah khas kasongan tidak hanya diminati di dalam negeri, tapi juga laku di pasar Asia dan Dewi 32, salah satu perajin gerabah di Kasongan, Bantul, Yogyakarta yang sukses memasarkan produknya hingga ke Jerman, Australia, Spanyol dan India. Dewi mengaku, sejak tahun 2001 gerabah hasil produksinya telah ramai dibeli baik oleh perusahaan maupun retail asal luar negeri."Kadang ekspor. Ekspornya biasanya kalau langganan ke Spanyol, terus ke India, ke Australia, ke Jerman. Ada yang perusahaan, ada yang retail tapi di sana dijual lagi. Mulai ekspor 5 tahun sebelum gempa, rame-ramenya ekspor," ujarnya kepada detikcom. Dewi biasa mengekspor hingga 1 kontainer gerabah ke berbagai negara. Diketahui, 1 kontainer bisa berisi 100 sampai 200 gerabah. Adapun berbagai kerajinan gerabah yang diekspor di antaranya gentong dan patung berukuran besar, dengan kisaran harga ratusan ribu hingga jutaan."Ekspor ada yang patung, ada yang gentong. Kalau ekspor kebanyakan gerabah gede," mengungkapkan ekspor gerabah sempat terhenti di 2020 karena pandemi, sehingga ia beralih ke pasar dalam negeri dengan mengandalkan sistem jualan secara online. Namun, dalam 2 bulan terakhir dikatakannya aktivitas ekspor sudah berangsur gerabah di Bantul Foto Inkana Putri/detikcom"Pas Corona, ekspor mati. Jualnya via online ke Indonesia. Tapi sekarang alhamdulillah 2 bulan ini ekspor bisa masuk, kontainer bisa masuk ke Indonesia. Cuma via email ordernya," usaha gerabah itu Dewi bisa memperoleh Rp 10-15 juta per minggu sebelum pandemi melanda RI. Namun danya pandemi Corona sempat membuat omzetnya mengalami penurunan signifikan sebanyak 75%. Meski begitu kini tren tanaman hias selama pandemi ikut membangkitkan kembali penjualan pot. Dalam seminggu ia bisa mendapat omzet Rp 7 juta."Omzetnya pas awal-awal Corona anjlok banget. Kalau baru-baru, musim pot tanaman ini alhamdulillah. Kadang per harinya bisa Rp 5 juta, kadang seminggunya bisa Rp 7 juta," gerabah di Kasongan Bantul Foto Rifkianto Nugroho/detikcomDia mengungkapkan, gerabah yang dijual merupakan hasil tangan perajin dari keluarga besar, baik kakak maupun adik dari sang Ayah. Adapun produk yang dibuat di antaranya pot-pot tanaman, bak mandi, serta guci dengan beragam ukuran mulai dari yang kecil sampai besar. Gerabah yang sudah dibentuk, kemudian dibeli oleh Dewi dalam keadaan mentah. Baru kemudian gerabah dibakar dan dicat, sebelum siap mengembangkan usahanya Dewi turut memanfaatkan permodalan yang diberikan BRI. Diakuinya, berkat permodalan tersebut usahanya kian berkembang hingga saat ini."Kenal BRI, pinjam pinjaman BRI, sehabis gempa sekitar 2008. Awal mula Rp 50 juta dulu, buat modal usaha, buat ngembangin," bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di Simak Video "Gerabah Blitar Warisan Majapahit" [GambasVideo 20detik] prf/ara
DesaWisata Gerabah Kasongan merupakan salah satu objek wisata kerajinan tangan gerabah atau keramik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Wisata Gerabah Kasongan termasuk sentra kerajinan yang paling t
Gerbang Kasongan. - Istimewa/Pemkab Bantul BANTUL — Sentra industri gerabah Kasongan resmi didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kemenkumham RI demi mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis IG.Kepala Bidang Perindustrian Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan DKUKMPP, Tunik Wusri Arliani mengatakan bahwa dengan terdaftar dalam IG, maka jenama Kasongan sebagai sentra industri gerabah dapat terdongkrak. Melalui hal tersebut diharapkan Kasongan menjadi destinasi wajib bagi wisatawan atau buyer mancanegara. “Kalau saya dapat memberikan contoh itu persis ketika kami akan mendaftarkan hak paten suatu produk. Nah, khusus Kasongan ini itu prinsipnya sama. Mereka akan didaftarkan hak patennya tetapi dari sisi kewilayahan. Awalnya itu ada kelompok di sana yang ingin mendaftarkan wilayahnya bahwa Kasongan itu merupakan sentra kerajinan gerabah yang resmi terdaftar di Kemenkumham,” kata Tunik, Jumat 10/3/2023.Kata Tunik pendaftaran tersebut telah dilakukan. Proses hingga mendapat legalitas, katanya memerlukan waktu yang tidak sebentar. Terangnya, pekan depan pihak Kemenkumham akan datang ke Kasongan untuk melakukan asesmen.“Kemenkumham mau datang untuk melakukan asesmen apakah Kasongan memenuhi syarat untuk didata sebagai kekayaan intelektual geografis. Kami menjembatani mereka dengan Kemenkumham. Tentu kami mendukung upaya mereka untuk mendaftarkan kekayaan intelektual geografis,” JUGA Piknik ke Bantul, Jangan Lupa Belanja Gerabah di KasonganTunik menambahkan bahwa dia berharap tidak hanya Kasongan yang didaftarkan untuk mendapat kekayaan intelektual geografis, namun juga kawasan sentra industri lain seperti sentra kerajinan kulit lain pihak, Dosen Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul Jakarta, Dyah Permata Budi Asri, yang mendampingi proses pendaftaran IG menjelaskan bahwa indikasi geografis merupakan simbol yang menampakkan ciri khas suatu daerah tertentu.“Jadi indikasi geografis atau IG itu jadi satu dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Bedanya itu kalau merek tidak memunculkan nama wilayah, sementara IG itu memunculkan wilayah asal,” kata Dyah ditemui di DKUKMPP pada begitu, kata Dyah, Kasongan akan memiliki sertifikasi IG yang akan memberikan manfaat bukan hanya Kasongan namun juga Kabupaten Bantul. Tambahnya, pengajuan IG tersebut telah dilakukan sejak 2019 dan sekarang masuk dalam tahap Dyah gerabah asal Kasongan akan mudah diklaim kepemilikannya apabila tidak memiliki IG. Padahal gerabah Kasongan memiliki sejarah panjang termasuk di dalamnya kebudayaan.“IG itu juga digunakan untuk nguri-uri kebudayaan. Karena begitu budaya hilang, makan IG akan dicabut. Perlindungan IG itu bisa selamanya asal ada tiga syarat yang telah dipenuhi seperti kerajinannya masih dipelihara, ciri khas tetap dijaga, dan memiliki nilai ekonomi,” itu, salah satu pengrajin gerabah Kasongan, Bugimin mengatakan bahwa kekhasan gerabah Kasongan daripada gerabah di wilayah atau negara lain adalah sistem tempel. “Kami akan tetap mempertahankan sistem tempel tersebut, sehingga akan menjadi ciri khas gerabah Kasongan. Nah, pengajuan IG ini itu awalnya dari Koperasi Setyo Bawono,” kata Bugimin ditemui di satu hal yang mendesak para pengrajin gerabah Kasongan untuk mendaftarkan IG adalah ancaman klaim gerabah oleh pihak lain. Padahal terdapat sekitar 400 pengrajin gerabah di Kasongan dengan perputaran uang per bulannya mencapai miliaran rupiah. BACA JUGA Kementerian BUMN Bersama Telkom Bagikan 1000 Paket Sembako Murah di Batulicin Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
MerupakanSentra Kerajinan yang paling terkenal di Bangunjiwo, dan juga menjadi aset berharga dari Kabupaten Bantul. Bahkan nama Kasongan mungkin lebih terkenal dibandingkan nama Desa-nya, yaitu Bangunjiwo. Disini kita dapat menemukan sentra kerajinan gerabah, yang menghasilkan ratusan bahkan ribuan keramik dengan berbagai jenis, bentuk dan ukuran.
Gerbang masuk daerah Kasongan foto ©2007 arie saksono Kasongan adalah nama sebuah desa yang terletak di daerah dataran rendah bertanah gamping di Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, sekitar 8 km ke arah barat daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20 menit berkendara dari pusat kota Yogyakarta. Desa Kasongan merupakan sentra industri kerajinan gerabah. Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat atau tanah lempung. Kawasan ini merupakan wilayah pemukiman para pembuat barang-barang kerajinan berupa perabotan dapur dan juga beraneka macam barang-barang sejenisnya yang sebagian besar menggunakan tanah liat sebagai bahan baku. Dahulu, pembuatan gerabah di desa ini terbatas untuk peralatan keperluan rumah tangga, seperti kendi wadah air minum, kendil wadah untuk memasak, gentong wadah air, anglo kompor – tempat pembakaran dengan bahan bakar arang untuk memasak, dan sejenisnya. Sejalan dengan perkembangan jaman, sekarang ini pembuatan gerabah tidak hanya terbatas pada perabotan rumah tangga saja, namun juga barang-barang lain sejenis yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Asal usul daerah Kasongan menjadi sentra industri gerabah Pada masa penjajahan Belanda, salah satu daerah di sebelah selatan kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan warga setempat, yaitu seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan mati di atas lahan sawah milik seorang warga. Hal tersebut membuat warga ketakutan setengah mati. Karena takut akan hukuman, warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun kemudian diakui oleh penduduk desa lain. Warga yang takut akhirnya berdiam diri di sekitar rumah mereka. Karena tidak memiliki lahan persawahan lagi, maka untuk mengisi hari, mereka memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah yang ada, kemudian mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai membentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi barang keperluan dapur atau mainan anak-anak. Berawal dari keseharian nenek moyang mereka itulah yang akhirnya kebiasaan itu diturunkan hingga generasi sekarang yang memilih menjadi perajin keramik untuk perabot dapur dan mainan hingga kini. Kesibukan sehari-hari warga Kasongan foto ©2007 arie saksono Proses pembakaran tradisional dengan bahan bakar sabut kelapa foto ©2007 arie saksono Proses Pembuatan Pada dasarnya proses pembuatan gerabah dibagi dalam dua bagian besar, yakni dengan cara cetak untuk pembuatan dalam jumlah banyak masal atau langsung dengan tangan. Untuk proses pembuatan dengan menggunakan tangan pada keramik yang berbentuk silinder jambangan, pot, guci, dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat diatas tempat yang bisa diputar. Salah satu tangan pengrajin akan berada disisi dalam sementara yang lainnya berada diluar. Dengan memutar alas tersebut, otomatis tanah yang ada diatas akan membentuk silinder dengan besaran diameter dan ketebalan yang diatur melalui proses penekanan dan penarikan tanah yang ada pada kedua telapak tangan pengrajin. Pembuatan gerabah atau keramik, mulai dari proses penggilingan, pembentukan bahan dengan menggunakan perbot, hingga penjemuran produk biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian dibakar, sebelum akhirnya proses finishing dengan menggunakan cat tembok atau cat genteng. Sebuah galeri di Kasongan biasanya merupakan usaha keluarga yang diwariskan secara turun temurun, mereka bekerja secara kolektif. Sekarang pembuatan keramik melibatkan tetangga sekitar tempat tinggal pemilik galeri, namun pihak keluarga tetap bertanggung jawab untuk pemilihan bahan dan pengawasan produksi. Keramik Desain Modern Pada awalnya keramik ini tidak memiliki corak desain sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk, terutama kuda-kuda pengangkut gerabah atau gendeng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di atas kuda, selain dari motif katak, ayam jago dan gajah. Perkembangan zaman dengan masuknya pengaruh modern dan budaya luar melalui berbagai media telah membawa perubahan di Kasongan. Setelah kawasan Kasongan pertama kali diperkenalkan oleh Sapto Hudoyo sekitar 1971-1972 dengan sentuhan seni dan komersil serta dalam skala besar dikomersilkan oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an, kini wisatawan dapat menjumpai berbagai aneka motif pada keramik. Bahkan wisatawan dapat memesan jenis motif menurut keinginan seperti burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya. Kerajinan gerabah yang dijual di desa Kasongan bervariasi, mulai dari barang-barang unik ukuran kecil untuk souvenir biasanya untuk souvenir pengantin, hiasan, pot untuk tanaman, interior lampu hias, patung, furniture, etc, meja kursi, dan masih banyak lagi jenisnya. Bahkan dalam perkembangannya, produk desa wisata ini juga bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil produksi gerabah Kasongan di masa sekarang sudah mencakup banyak jenis. Tidak lagi terbatas pada perabotan dapur saja kendil, kuali, pengaron, dandang, dan lainnya serta mainan anak-anak alat bunyi-bunyian, katak, celengan. Di kawasan Kasongan akan terlihat galeri-galeri keramik di sepanjang jalan yang menjual berbagai barang hiasan dan souvenir. Bentuk dan fungsinya pun sudah beraneka ragam, mulai dari asbak rokok kecil atau pot dan vas bunga yang berukuran besar, mencapai bahu orang dewasa. Barang hias pun tidak hanya yang memiliki fungsi, tetapi juga barang-barang hiasan dekorasi serta souvenir perkawinan. Pengepakan kerajinan buatan warga Kasongan siap ekspor foto ©2007 arie saksono Salah satu produk yang cukup terkenal adalah sepasang patung pengantin dalam posisi duduk berdampingan. Patung ini dikenal dengan nama Loro Blonyo. Patung ini diadopsi dari sepasang patung pengantin milik Kraton Yogyakarta. Dalam bahasa Jawa, Loro berarti dua atau sepasang, sementara Blonyo berarti dirias melalui prosesi pemandian dan didandani. Namun demikian makna sebenarnya akan Loro Blonyo masih menjadi pertanyaan para pekerja di Kasongan. Kepercayaan patung Loro Blonyo akan membawa keberuntungan dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng bila diletakkan di dalam rumah membawa pengaruh positif terhadap penjualan sepasang patung keramik ini. foto ©2007 arie saksono Wisatawan manca negara yang menyukai model patung Loro Blonyo, memesan khusus dengan berbagai bentuk seperti penari, pemain gitar, peragawati dan lain sebagainya. Pakaiannya pun tidak lagi memakai adat Jawa, selain mengadopsi pakaian khas beberapa negara, yang paling banyak memakai motif Bali dan Thailand, bahkan patung prajurit teracota dapat dijumpai di sini. Beberapa galeri keramik sekarang telah menjual sepasang patung unik ini yang terus diproduksi dengan beberapa bentuk dan model yang berbeda-beda. Wisata Desa Kasongan Di masa sekarang pengunjung dapat menjumpai berbagai produk kerajinan tangan selain gerabah. Pendatang yang membuka galeri di Kasongan turut mempengaruhi berkembangnya jenis usaha kerajinan di sini. Produk yang dijual masih termasuk kerajinan lokal seperti kerajinan kayu kelapa, kerajinan tumbuhan yang dikeringkan atau kerajinan kerang. Usaha kerajinan Kasongan berkembang mengikuti arus dan peluang yang ada. Namun demikian kerajinan gerabah tetap menjadi tonggak utama mata pencaharian warga setempat. Kerajinan keramik dengan berbagai bentuk dan motif yang modern bahkan artistik, dan berbagai kerajinan lainnya sebagai tambahan adalah daya tarik Kasongan hingga saat ini. Kasongan kini telah menjadi tempat wisata yang menarik dengan barang indah hasil keahlian penduduk setempat mengolah tanah liat. ©2007 arie saksono This entry was posted on Monday, April 13th, 2009 at 1350 and is filed under Antropologi, Budaya, Guide service, Historie, Indonesia, Jakarta Guide Service, Liburan, News, Nusantara, Orang Indonesia, Pariwisata, Sejarah, Seni, Suku, Tourism, tourism service, travel, Wisata, Yogyakarta. You can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can leave a response, or trackback from your own site. Post navigation Previous Post Next Post »
goS2pz. 3c93vkwt99.pages.dev/423c93vkwt99.pages.dev/1963c93vkwt99.pages.dev/253c93vkwt99.pages.dev/2273c93vkwt99.pages.dev/3673c93vkwt99.pages.dev/983c93vkwt99.pages.dev/3913c93vkwt99.pages.dev/1463c93vkwt99.pages.dev/325
selain sebagai sentra industri gerabah kasongan juga merupakan salah satu